Kedewasaan Rohani

September 1, 2009 - Author: admin - Comments are closed

Sumber: warta pemenang

Banyak orang telah mendefiniskan mengenai Kedewasaan Rohani. Ada yang menganalogikan seperti manusia dewasa, di mana orang dewasa berarti orang yang:

1. Mandiri: dapat mencari makan sendiri. Dianalogikan berarti orang dewasa rohani adalah orang yang bisa mencari makanan rohaninya sendiri.

2. Dapat memberi kepada orang lain. Anak kecil biasanya menerima terus dari orang tua atau orang lain yang lebih tua. Tapi apabila sudah dewasa, si anak akan dapat memberi kepada orang lain.

3. Dapat membedakan yang benar dan yang salah.

Ada juga yang mengatakan bahwa dewasa rohani dapat diukur dengan seberapa bergantungnya seseorang dengan Kristus. Pandangan-pandangan di atas tidak salah, penulis hanya ingin menambahkan dari sudut pandang Efesus 4:20-24. Ayat-ayat tersebut paralel dengan tujuan kedewasaan rohani yang tertulis di Efesus 4:13 “sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”

Efesus 4:20-24 berbunyi demikian: “Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus.  Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu: bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu,dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

Dari ayat-ayat ini kita dapat mengambil 4 aspek pertumbuhan rohani yang menjadi kunci kedewasaan rohani yaitu:

1. Hubungan yang intim dengan Tuhan

“Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus” (Efesus 4:20). Pertumbuhan iman selalu dimulai dengan penjumpaan dengan Kristus. Dan hubungan yang telah dijalin harus terus dipupuk. Saat kita pertama berjumpa dengan seseorang, tentu kita belum dapat dikatakan mengenal dia. Kita baru sekedar berkenalan dengan menyebutkan nama masing-masing. Kalaupun kita kembali bertemu dengan orang tersebut, kita masih baru sekedar saling menyapa. “Apa kabar?” merupakan kalimat favorit yang sering kita sadari juga sebagai pertanyaan basa-basi. Hubungan yang baik tentu tidak berhenti dengan basa-basi,  harus ada pertemuan-pertemuan lanjutan, percakapan-percakapan yang lebih mendalam yang membuat kita lebih mengenal dia.

Demikian juga dengan hubungan kita dengan Tuhan. Kita harus belajar mengenal Kristus, yang berarti harus ada usaha yang lebih untuk lebih mengenal Dia. Ke gereja tiap minggu saja tidak pernah cukup untuk mengenal Dia. Kristus haruslah kita kenal secara pribadi. Semakin kita dekat dengan-Nya, semakin kita membutuhkan Kristus, semakin kita bergantung pada-Nya dan semakin kita bertumbuh secara rohani. Kita perlu bercakap-cakap dengan Dia setiap hari, kita perlu mempelajari Firman-Nya setiap hari dan kita juga perlu mengalami hidup bersama dengan Dia dalam keseharian hidup kita.

Gereja dan kelompok-kelompok pemuridan haruslah mengutamakan hubungan intim dengan Tuhan ini sebagai pilar dan dasar bagi kehidupan setiap anggotanya. Caranya adalah dengan mengajarkan mengenai bagaimana bersaat teduh yang baik.

2. Pengetahuan yang Benar akan Firman Allah

“Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus,” (Efesus 4:21). Aspek pengetahuan tak ayal lagi merupakan aspek yang vital untuk bertumbuh secara rohani. Seseorang yang kurang mengerti Firman Tuhan, tidaklah mungkin dapat mengenal Allah dengan baik, dan sebagai akibatnya tingkah laku dan keputusan-keputusannya, juga pemikiran-pemikirannya tidak akan atau sedikit dipengaruhi Firman Tuhan.

Namun ada yang penting yang harus digarisbawahi di sini, yaitu: dikatakan bahwa kita “menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Kristus”. Pengajaran atau pengetahuan yang perlu kita peroleh adalah pengetahuan yang benar, bukan yang abal-abal atau salah. Dewasa ini banyak pengajar yang menjelaskan Firman Tuhan secara sembarangan. Bagian demi bagian Kitab Suci ditafsirkan menurut pengertian sendiri, dilepaskan dari konteksnya. Ini sangatlah berbahaya. Mengetahui sesuatu yang menyesatkan lebih berbahaya daripada tidak mengetahui sama sekali. Bagian-bagian dari Firman Allah harus kita mengerti menurut konteks kitabnya, dan juga menurut konteks pendengar pertama sebagai orang-orang pertama yang menjadi tujuan bagi penulis kitab/surat tersebut. Setiap orang Kristen perlu mengetahui setidaknya dasar Hermenetika (Ilmu tafsir Alkitab), sehingga waktu mempelajari Firman Allah, kita mendapatkan kebenaran yang dimaksudkan oleh Allah sendiri, bukan kebenaran yang menurut pemikiran kita sendiri.

Dalam hal ini, kelompok pemahaman Alkitab atau kelompok Pemuridan sangat besar andilnya dalam menciptakan masyarakat Kristen yang mengenal Allahnya dan mengenal Firman Tuhan dengan benar. Di mana perlu dijelaskan dalam kelompok kecil mengenai prinsip-prinsip penafsiran Alkitab, tentunya selain di dalam kelompok besar, misalnya kelas pembinaan atau kelas sekolah Alkitab untuk awam.

Hubungan yang intim dengan Tuhan dan pengetahuan yang benar akan Firman Tuhan. Kedua aspek ini menjadi dasar bagi 2 aspek berikutnya, yaitu: Pola Pikir Kristen dan Karakter Kristen. Hubungan yang intim dan pengetahuan yang benar akan Firman Allah akan mengubah pola pikir yang akhirnya akan mengubah karakter kita. Sebaliknya, tidaklah mungkin pola pikir kita akan berubah dan karakter kita berubah, kalau kita tidak mempunyai hubungan yang intim dengan Kristus dan pengetahuan yang benar tentang Firman Allah.

3. Pola Pikir Kristen

Hal ketiga yang harus dibangun untuk mencapai kedewasaan rohani adalah pola pikir kita, “yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu” (Efesus 4:22-23)

Kita meninggalkan manusia lama kita, dengan diperbaharui dalam roh dan pikiran kita. Diperbaharui dalam roh tentu saja murni merupakan pekerjaan dari Roh Kudus semata. Itu terjadi pada saat kita lahir baru. Namun pikiran kita harus terus diperbaharui. Demikian juga tertulis dalam kitab Roma: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)

Apakah yang dimaksud dengan pola pikir Kristen? Pola Pikir Kristen adalah cara orang Kristen berpikir, berpendapat, dan memutuskan sesuatu yang dipengaruhi secara kuat oleh nilai-nilai kebenaran Alkitab. Pola pikir akan sangat terlihat apabila kita bercakap-cakap dengan seseorang mengenai suatu hal. Misalnya, pola pikir dunia akan melihat bahwa seseorang yang rumahnya terkena kebakaran adalah seseorang yang bernasib sial, tetapi pola pikir Kristen akan melihat Tuhan punya rencana di balik itu semua. Pola pikir dunia akan mencari gaji terbesar yang dapat diterima oleh seseorang, tapi pola pikir Kristen akan mencari pekerjaan terbaik yang dapat dilakukan untuk memuliakan Tuhan, terlepas dari berapa yang dapat dihasilkan. Pola pikir Kristen seringkali juga disebut dengan Christian Worldview.

Bagaimana kita bisa merubah pikiran kita atau akal budi kita? Dengan memberi makan pikiran kita dengan makanan rohani yang baik. Apa saja yang dikatakan sebagai makanan pikiran itu? Informasi atau pengetahuan. Segala yang kita lihat, segala yang kita baca, kita dengar, kita tonton, semua memberikan informasi dan pengetahuan kepada pikiran kita. Mereka adalah “makanan” dari pikiran kita.  Apabila yang dimakan sehari-hari adalah filsafat dunia, hedonisme, seksualitas, dan yang buruk-buruk, maka buruk pulalah akibatnya pikiran kita.

Kita perlu lebih banyak masukan Firman Allah, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Kita perlu merenungkannya siang dan malam. Apakah yang akan terjadi pada seseorang yang menonton TV sehari 3 jam, namun hanya membaca dan merenungkan Alkitab 5 menit saja dalam sehari. Anda dapat membayangkannya sendiri, makanan macam apa yang lebih banyak dimakan setiap harinya, dan output apa yang akan dihasilkan dari input seperti ini.

4. Karakter Kristen

Sebagai akibat dari 3 aspek sebelumnya, seharusnya aspek keempat ini akan mengikuti. “dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” (Efesus 4:24). Pengetahuan akan Firman Allah hanya menciptakan Farisi-farisi baru tanpa adanya perubahan karakter. Tuhan menuntut setiap anak-Nya berubah, dan bertumbuh dalam karakter menjadi manusia baru.

Manusia baru yang dimaksud dijelaskan kemudian pada Surat Efesus di ayat-ayat berikutnya. “Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota. Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Efesus 4:25-32)

Perubahan karakter seringkali tidaklah mudah. Mengubah karakter berarti mengubah respon alami dan tingkah laku atau kebiasaan yang sudah terbiasa kita lakukan. Untuk ini, diperlukan kelompok kecil yang bisa saling mendukung, saling mendorong dan menunjang perubahan karakter ini. Setiap orang dalam kelompok dapat saling bertanggung jawab yang akan sangat membantu perubahan karakter menuju karakter yang dewasa rohani.

Kadang kala untuk kasus-kasus tertentu dibutuhkan juga konseling pribadi. Kita sebagai orang Kristen semestinya tidak perlu takut untuk pergi konseling. Toh Roh Kudus juga disebut sebagai Penghibur (parakletos), kata yang dipakai pula untuk menunjukkan konseling. Tanpa kita sadari, Roh Kudus meng-konseling kita, namun kadang kala Tuhan juga menggunakan orang yang Tuhan beri karunia Roh untuk meng-konseling diri kita. Namun tanpa kita membuka diri kita, kon

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: News & Lastest Updates