Pencobaan adalah pintu menuju kemerdekaan

September 7, 2009 - Author: admin - Comments are closed

Oleh: Ricky Joyner, dari Buku Perjalanan Dimulai

Musa dapat menutun Israel keluar dari Mesir, tetapi dia tidak dapat mengeluarkan sifat Mesir dari orang Israel. Kesulitan padang gurun dirancang untuk melakukan hal itu. Umat Israel telah menjadi budak diMesir. Walaupun perbudakan adalah keadaan manusia yang terhina, ada sejenis ketentraman yang palsu dalam perbudakan yang sukar dilepaskan. Walaupun keadaan disekitar mungkin keras, seorang budak tak perlu berurusan dengan banyak keputusan sulit yang dituntut oleh kemerdekaan. Walaupun umat Israel dimerdekakan dan sesungguhnya bergerak menuju penggenapan dari tujuan akhir mereka, sebagian besar dari mereeka mulai menoleh kembali ke Mesir bila menghadapi kesulitan. Mereka sesungguhnya lebih menginginkan penindasan dan kejamnya perbudakan ketimbang harus berjalan dalam kemerdekaan, yang menuntut iman sejati.

Inilah sebabnya banyak orang yang baru saja dimerdekakan dari penindasan komunisme yang mengerikan, menghendaki kembalinya orde yang lama itu. Inilah garis pembagi yang memisahkan mereka yang berjalan menuju kemenangan dari mereka yang kembali pada kebinasaan mereka. Tak seorang pun akan mencapai tujuan akhir mereka sebelum mereka menjadi merdeka. Orang yang merdeka lebih suka binasa di padang gurun dalam usaha menggenapi tujuan akhirnya ketimbang kembali ke perbudakan. Sebelum kita mengambil keputusan bahwa kita tak akan berbalik kembali, betapa pun sakitnya kelak, kita takkan maju dengan kekuatan iman bahwa itu akan menggenapi tujuan akhir kita. Yesus pernah menyatakan, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh kebelakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Lukas 9:62). Jika kita masih menoleh ke belakang, maka kita tidak siap untuk bergerak maju.

Bahasa Perbudakan

Gejala menyerah pada perbudakan yang paling menonjol ialah keluhan dan gerutu. Orang yang mengeluh telah kehilangan iman—dia telah menyerah dalam hatinya. Orang yang beriman sejati memandang rintangan yang terberat sekalipun sebagai peluang untuk meraih kemenangan yang lebih besar dan membuat kemajuan yang lebih besar. Iman sejati bukanlah optimisme yang buta. Optimisme semacam itu hanyalah perkiraan secara intelektual yang bertopeng sebagai iman sejati. Optimisme kemanusiaan akan layu dalam panas teriknya padang gurun, sedangkan iman sejati akan menjadi semakin kuat dan lebih bertekad seiring dengan bertambahn panasnya api pencobaan.

Iman sanggup memindahkan gunung-gunung dan akan memindahkan setiap gunung yang merintangi jalannya. Iman sejati selalu menbuat jalan bila sekiranya jalan itu tidak ada. Itulah sebabnya iman sejati ialah kemerdekaan sejati; tiada belenggu yang dapat dikenakan padanya. Iman sejati adalah kesanggupan untuk memperoleh visi dari tujuan akhir kita dengan genggaman yang kuat sehingga tak dapat dirampas sampai hal itu digenapi. Iman semacam itu memindahkan setiap rintangan, tetapi tak dapat digerakan oleh rintangan apapun. Iman sejati akan mencapai tanah yang Dijanjikan.

Hendaklah kita mengerti sebuah fakta penting dari iman sejati: iman sejati bukanlah iman dalam iman kita! Iman sejati mempunyai satu tujuan dan Sumber kuasa yang lebih besar daripada iman itu sendiri. Iman sejati tidak diukur oleh mutu “iman kita”. Pengukuran semacam itu adalah bentuk lain dari sikap egosentris dan mencari kepentingan sendiri. Itu lebih buruk daripada kepura-puraan— itu adalah penipuan. Sebaliknya, iman sejati diukur oleh kepasrahan kita kepada Allah.

Sudah pasti mereka yang imannya kepada diri sendiri hanya mencapai hal yang bersifat memntingkan diri sendiri atau serakah. Sikap egosentris telah terbukti merupakan pintu yang pasti menuju tipuan. Pada mulanya, ketika Adam dan Hawa makan buah terlarang, buah sulung dari dosa mereka ialah bahwa mereka segera mulai memusatkan perhatian pada diri mereka sendiri;mereka melihat keadaan mereka sendiri dan memusatkan perhatian pada ketelanjangan mereka. Sikap egosentris selalu terjadi bila kita makan buah dari Pohon Pengetahuan, dan itu berupa perbudakan dalam bentuknya yang paling hina. Orang egosentris adalah orang lumpuh secara emosional. Bila kita mulai memandang kepada diri kita sendiri, maka kita akan jatuh dari anugerah dan kehilangan kuasa dari iman sejati.

Stephen W. Hawking ialah salah seorang pemikir terbesar yang terkenal dimasa kini. Dia dianggap oleh banyak orang bahkan sebagai pencetus teori yang lebih besar dari Einstein. Konon, dia mempunyai kemampuan untuk memahami jawaban terhadap pertanyaan yang para ilmuwan besar lainnya belum sanggup lontarkan. Pria cerdas ini menyatakan bahwa usaha penyelidikannya adalah “mencoba memahami pikiran Allah”. Mengetahui pikiran Allah ialah alasan untuk hidup kita dan merupakan tujuan dan sumber dari semua iman sejati. Apapun yang kurang dari mencari tujuan yang ditetapkan Allah tidaklah layak untuk diberi pengerahan tenaga atau waktu. Hanya bila kita menemukan rencana Allah dan memilikinya dengan iman sejati maka kita akan merasa puas.

Rasul Paulus juga harus digolongkan sebagai salah seorang yang paling cerdas sepanjang masa. Pauluslah yang menasihati kita untuk “belajarlah menunjukan dirimu layak di hadapan Allah” (2 Timotius 2:15,KJV), bukan di hadapan manusia. Pelajaran yang murni tidak dapat berpusat pada diri sendiri atau berpusat pada manusia; itu harus berpusat pada Allah. Bila kita mempunyai pengarahan dari Allah, Sumber dari kenyataan itu sendiri, suatu kuasa tersalur yang dinamakan iman, dan tiada suatu apapun dalam ciptaan ini yang dapat merintangi jalannya. Tiada motivasi yang lebih besar ketimbang motivasi untuk mengetahui panggilan kita, suatu tujuan akhir yang berakar dalam rencana Allah sejak semula. Tiada kuasa yang lebih besar yang tersedia ketimbang kuasa yang ditemukan dalam tekad ini. Inilah iman.

Bait yang Benar

Iman dari para rasul diabadikan untuk membangun bait bagi Allah yang tak dapat dibuat dengan tangan manusia. Bait ini hanya dapat ditaruhkan dalam hati manusia. Gereja yang mereka bangun terdiri atas orang-orang yang mempunyai iman sejati. Gereja ini bukanlah suatu organisasi, melainkan suatu organisme yang hidup; itu bukan suatu intuisi, melainkan suatu konstitusi. Visi kerasulan ialah Allah yang hidup dalam manusia, bukan dalam satu bangunan.

Sama seperti para ilmuwan yang dangkal menggunakan penemuan-penemuan canggih dari Einstein untuk membuat bom nuklir, para agamawan yang dangkal telah menggunakan ajaran Injil yang dalam yang berhubungan dengan iman sejati untuk menciptakan upacara-upacara hampa yang membinasakan jiwa manusia. Bila seorang pemercaya memiliki iman sejati, dia tidak pergi ke gereja; dialah yang menjadi gereja. Gereja yang benar ialah sumber kuasa dan kehidupan yang tak dapat di tampung oleh iman itulah yang dapat menampung kuasa dan kehidupan ini.

Kenyataan tidak terdapat dalam upacara. Iman sejati adalah sungai kehidupan yang sangat berkuasa untuk dapat ditampung dalam bangunan yang sering dicoba oleh manusia untuk menampungnya. Ada kebersamaan-kebersamaan, atau jemaat-jemaat dari orang-orang yang membagi iman yang sungguh nyata dan berkuasa. Sebagian dari kebersamaan ini berlangsung dalam gereja-gereja institusional. Mereka yang memiliki iman yang sesungguhnya pastilah ditarik kepada orang-orang yang paling riil yang hidup di bumi ini. Kita semua menerima iman sejati. Tetapi iman sejati tidak menyembah bait Allah; iman sejati menyembah Allah dari bait itu. Bila mereka yang mempunyai iman sejati ditanyai tentang iman mereka, mereka tidak menunjuk pada sebuah bangunan atau pada sebuah organisasi, pada doktrin atau bahkan pada konsep-konsep tentang kebenaran—mereka menunjuk Allah yang benar.

Seperti yang dijelaskan Rasul Paulus, “Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan tetapi kuasa” (1 Korintus 4:20). Para rasul dan nabi meramalkan tentang sebuah rumah dengan iman sejati, yang dibangun bukan oleh manusia, melainkan dari manusia. Orang-orang yang hidupnya sedang dibangun atas dasar iman sejati akan mudah mengenal orang lain yang juga berasal dari iman yang sama. Mereka dapat dikenali bukan oleh pengakuan percaya atau persekutuan mereka, melainkan oleh kuasa dan sifat dari Pribadi yang telah memberikan iman sejati kepada mereka. Gereja bukanlah suatu tempat yang anda kunjungi; gereja adalah sesuatu yang membuat Anda sebagaimana mestinya. Kita tidak boleh merasa puas dengan keberadaan yang kurang dari itu.

Dilaporkan bahwa ketika Napoleon membaca Injil Yohanes dia menyatakan bahwa Yesus adalah Putra Allah atau penulis injil ini adalah Putra Allah! Napoleon menyadari bahwa jeniusnya kekristenan sejati jauh melampaui daya cipta dari kejeniusan manusia mana pun. Dia kemudian memandang institusi kekristenan dan tiada melihat kaitan antara Injil dan hal yang dilihatnya dalam institusi. Sering kali tiada kaitan antara inti kebenaran dan usaha yang dilakukan orang yag tak memiliki iman sejati terhadap kebenaran itu. Sama seperti para warga yang paling beragama dan terkemuka yang menyalibkan Yesus, keadaannya berlanjut hingga kini dengan institusi yang paling beragama dan terkemuka yang sering menghancurkan iman sejati kepada Yesus.

Tetapi iman sejati tak akan mati dalam institusi. Iman sejati adalah kuasa tak terhancurkan yang akan hidup selama-lamanya. Kuasa itu sanggup mengubahkan beberapa nelayan dan orang-orang sederhana menjadi kekuatan terbesar dalam sejarah. Kekuatan ini menantang Roma, kekaisaran terampuh dalam sejarah, dan membongkarnya. Iman sejati adalah kuasa yang menggunakan beberapa surat yang tertulis oleh pribadi-pribadi sederhana ini dan mempengaruhi sejarah lebih daripada semua buku lain digabungkan menjadi satu. Hanya bagian kecil dari iman sejati dalam hidup anda yang akan mengubahkan Anda dan tujuan masa depan Anda secara radikal. Dari cita-cita manusia yang paling luhur sampai pada senjata nuklir yang terbesar, tiada kekuatan dalam sejarah yang telah memperagakan iman sejati untuk mengubahkan dunia.

Tetapi kita harus waspada! Hanya yang paling berani telah mengarungi air berlumpur dari iman pura-pura untuk merasakan air murni dari iman sejati. Allah menghendaki agar terjadi demikian. Kuasa iman sejati terlalu besar untuk dipercayakan kepada seseorang yang tak menilainya. Sebagai miliknya yang paling berharga. Demikianlah keadaan semua orang yang akan terangkat di atas taraf sedang-sedang saja ke taraf tertinggi dan merasakan buah dari Tanah yang Dijanjikan Allah. Padang gurun itu dimaksudkan untuk menghasilkan yang terbaik, atau yang terburuk, didalam diri manusia. Kita masing-masinglah yang memutuskan mana yang akan terjadi.

Nasihat Paulus ialah, “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu!” (2 Korintus 13:5). Penonjolan berlebihan atas hal yang kita percaya dan bukannya pada cara kita mempercayai telah mengakibatkan banyak orang lebih mirip sebagai burung beo ketimbang seperti Kristus. Kita dapat mengatakan hal-hal yang benar, namun hidup kita tidak berubah.

 

5 artikel terakhir oleh admin

Categories: News & Lastest Updates